YOK FOLLOW YOK

Selasa, 05 Agustus 2014

Cerpen : RIVALEAVE

R I V A [L] E A V E
(selamat tinggal musuhku tersayang)


Jum’at , 11 November 2011

          “…persetan hari ini, aku tak ingin bangun lagi, coba untuk hindari hati disini..”

Lagu itu mengingatkan Alyssa pada sosok Steve, saudara kembar sekaligus rivalnya dari mereka kecil hingga saat ini, entah apa yang merasuki diri Alyssa untuk memusuhi kakaknya ini, padahal mereka saudara kandung. Alyssa Stevani  adalah gadis belia berdagu tirus dan memiliki paras yang anggun tapi dia adalah sosok yang tomboy dan terkesan cuek terhadap sesuatu yang berada disekitarnya. Berbeda jauh dengan Alvian Stevano, saudara kembar dari Alyssa yang  sangat ramah, dingin dan santai, pria berhidung mancung dan bermata indah ini sangat digilai oleh para gadis belia disekolahnya, sehingga dia dijuluki ‘Most Wanted Boy’. Mereka sudah lama bermusuhan kerena Alyssa tidak suka akan kehadiran saudara kembarnya itu, ia merasa terasingkan oleh keluarganya, ia menganggap orang tuanya sudah pilih kasih terhadapnya padahal tidak sama sekali.

“Alyssa, apa kamu melihat Steve?”. Tanya sang mama panik.

“kamar!”. Jawab Alyssa sekenanya. ‘kenapa sih selalu saja Steve, apa hebatnya dia’. Batin Alyssa dongkol.

“kenapa selalu Steve yang ada dipikiran setiap orang yang gue temui, apa hebatnya Steve dibanding gue” gerutu Alyssa sambil menekan remot TV asal-asalan.

Melihat sang mama terburu-buru menuju kamar Steve, Alyssa jadi ngin tahu ada apa sebenarnya, Alyssa pun beranjak dari sofa dan mengendap-endap menuju kamar Steve. Dan dengan tanpa suara Alyssa berusaha menguping pembicaraan mama dan Steve.

Setiba di kamar Steve, sang mama langsung masuk dengan wajah berbinar-binar dan duduk dibibir kasur milik Steve, dimana Steve sedang berbaring menikmati alunan musik pada headsetnya dengan mata tertutup.

“Steve, kamu tidur?”. Tanya sang mama sambil menepuk pelan pundak Steve.

“tidak, ada apa ma?”. Jawab Steve seraya membuka headset yang terpasang ditelinganya, lalu memperbaiki posisi  duduknya.

“begini, tadi mama di telfon oleh papa mu, beliau mendapat kabar dari salah satu Universitas di Jerman, katanya kamu lulus tes dan diterima disana, tadi juga papa dan pamanmu sudah mengurusi passport dan jadwal keberangkatanmu”. Ujar sang mama menjelaskan.

“oh ya? Graciaz!! Mucho Steve J terima kasih atas infonya ma, lalu kapan Steve berangkat? Apa mama dan papa juga ikut? Lalu Alyssa bagaimana?”. Tanya Steve antusias.

“akhir November ini kamu akan berangkat, mama dan papa hanya mengantarmu sampai bandara saja, karena disini masih banyak pekerjaan yang harus kami selesaikan, jadi mama tidak bisa menemanimu selama disana, Alyssa, kamu tau kan bagaimana adikmu itu,”. Jawab sang mama dengan santainya.
v
Dibalik pintu, Alyssa mendengarkan semua pemaparan sang mama pada Steve, ia tak percaya dengan apa yang telah didengarnya itu. Steve akan pergi, tanpa ia sadari butiran bening pun mengalir dipipinya. ‘ah kenapa gue jadi ikutan sedih sih, harusnya gue senang, Steve bakalan pergi dari sini, dan gue bebas jadi anak satu-satunya mama dan papa’. Batin Alyssa sumringah seraya menghapus air matanya lalu berlari menuju kamar.

“yes, akhirnya gue bebas dan jadi anak kesayangan mama papa” sorak Alyssa sambil melompat-lompat dikasurnya.

Tiba-tiba Alvaro masuk dan melihat tingkah aneh dari sang kakak.

“lo sakit kak?” tanya Alvaro mengagetkan Alyssa.

Alyssa mematung dengan sejuta tampang malu diwajahnya, menunduk dengan wajah ditutupi rambut dan kembali duduk dikasur.

“ngg..nggak..itu gue dapet nilai bagus makanya gue jingkrak-jingkrak, nah lo sendiri kesini ngapain?” tanya Alyssa balik dengan tatapan heran.

“gue mau ngomong sama lo kak” jawab Alvaro seraya mengunci pintu kamar Alyssa.
about?” tanya Alyssa mengernyitkan keningnya.

“Steve” jawab Alvaro dengan sangat hati-hati.

Alyssa menunduk sejenak, berusaha mengumpulkan kekuatan untuk berteriak dan

“KELUARR LO !! GUE GAK SUKA LO NYEBUT NAMA STEVE DIDEPAN GUE, KELUAAARRR SEKARANG DARI KAMAR GUEE!!!” hardik Alyssa dengan garangnya.

“LO DENGERIN GUE DULU KAK!” pinta Alvaro mencoba membujuk

“NGGAK!! GAK SUDI GUE DENGERIN CERITA TENTANG STEVE LAGI, KELUARR!!” geram Alyssa mengepalkan tangannya

“oke..oke gue keluar, gue turutin permintaan lo, dan liat aja nanti siapa yang bakal nangis saat sadar kalo orang yang paling disayang gak lagi ada disini, inget itu kak” ucap Alvaro lalu berlalu keluar kamar.

Dalam diam Alyssa pun mengutuk ucapannya dan merenungkan apa yang sudah dikatakan Alvaro.

Tiga minggu berlalu, keadaan rumah sangat berbeda jauh seperti yang biasanya, riuh, cekcok dan perang mulut antar saudara kembar ini sudah jarang bahkan tidak terdengar lagi.

“tumben rumah seperti kuburan, pocong dan kuntilanak itu kemana yah?”. Tanya Alvaro, adik bungsu Steve dan Alyssa yang masih duduk di bangku kelas 11 SMA.

“iya yah, sepertinya papa baru merasakan surga dunia belakangan ini, adem ayem tanpa masalah”. Lanjut sang papa yang sedang membaca koran.

“mungkin mereka sedang hibernasi, atau sudah menaikan bendera putih?” ejek sang mama.

“hahahaha..ya kali, mama ada-ada aja nih, jangan disinggung lah nanti mereka ngamuk ” sahut Alvaro dengan tawa khas nya

Sang papa hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Alvaro yang makin hari makin koplak saja.

Tiba-tiba…

“Steve pulaaaaaaaaaang, sore ma, sore pa, sore jagoan kecil”. Ucap Steve sambil berlari kecil, lalu mencium tangan orang tuanya dan mengacak pelan rambut Alvaro.

“apaansi lu kak, ganteng gue ilang ni”. Menepis pelan tangan Steve dan memperbaiki belahan rambutnya yang bisa dibilang agak berantakan akibat acakan dari Steve tadi. Steve hanya mememerkan gigi-giginya.

“wah, jagoan gede papa sudah pulang nih, gimana tadi ijazah kamu? Sudah dikirim kesana?”. Tanya papa sambil merangkul Steve

“udah dong pa, semua selesai, tinggal berangkat”. Jawab Steve senang.

“yasudah, skarang kamu mandi, trus makan dan istirahat ya”. Ucap sang mama dengan bijaknya.

“oke, Steve ke atas dulu ya semua”. Jawab Steve dengan semangat

Setiba diatas…….

~*~*~*~*~*~*~*~*~

          Dikamar Alyssa terisak sejadi-jadinya, membelakangi pintu masuk, dengan posisi duduk dibibir kasur sambil memeluk boneka teddy bear pemberian Steve saat ulang tahunnya yang ke 7. Isakan Alyssa terdengar oleh Steve yang berada di luar kamar.

          “gue gak kuat, apa gue sanggup, gue baru sadar kalau kehilangan itu menyakitkan, Steve…” lirih Alyssa dalam tangisannya. Tubuhnya bergetar hebat dan tiba-tiba ia merasakan ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Alyssa tau itu adalah Steve, ia manyadarinya dari parfum mint yang masih melekat pada Steve. Alyssa sempat berontak namun Steve semakin mempererat pelukannya.

          “biarin gue meluk lo Al,,”. Bisik Steve.

          “lo musuh gue, lo gak boleh meluk gue, lepasin gue!!”. Bentak Alyssa pada Steve, namun Steve tak menggubrisnya, ia tau apa yang dirasakan oleh saudara kembarnya ini, ia tau bahwa kata yang terucap dari mulut Alyssa itu bukan dari hati, dan saat ini Alyssa sangat membutuhkan Steve.
         
          Isakan Alyssa perlahan berkurang, dan Steve mulai merenggangkan pelukannya hingga Alyssa memutuskan untuk bersandar pada dinding kasurnya dengan tetap memeluk boneka teddy bearnya. Steve pun beranjak dari kasur Alyssa untuk mengunci pintu kamar Alyssa, lalu berbaring disebelah Alyssa yang sedang duduk merengkuh dengan mata sembab dan rambut acak-acakan seperti orang depresi. Sesaat terjadi keheningan antara mereka berdua.

          “lo beneran mau ninggalin gue?”. Tanya Alyssa memecah keheningan.

          “bukankah itu mau lo dari dulu Al?”. jawab Steve remeh.

          “ternyata lo masih sejahat dulu ya Steve”. Tentang Alyssa

          “dan lo gak bakalan ngubah persepsi lo ke gue kan? Lo bakal bilang kalo gue tetep rival lo!”. Ketus Steve

          Alyssa kembali meneteskan air mata kepedihan, ia sadar bahwa yang ia katakan itu sudah keterlaluan, meskipun Alyssa sangat keras pada Steve tapi Steve tetap sabar menghadapi Alyssa. Dalam hatinya yang paling dalam, ia sangat menyayangi Steve, ia baru sadar bahwa kehilangan orang yang ia sayang itu sangat menyedihkan. Alyssa menelungkupkan wajahnya, berharap Steve tidak mendengar suara isakannya. Tapi percuma saja suara tangisan Alyssa membuat Steve kembali bergidik.

          “dasar cengeng, harusnya lo senang gue pergi dari hidup lo itu, secara gue kan musuh lo, gue gak pernah lo anggep sodara bahkan temen sekalipun, dari dulu lo itu gak pernah suka sama kehadiran gue, yang lo tau itu Cuma gue musuh lo, jadi buat apa lo tangisin gue?”. Ujar Steve bangkit dari uringannya dengan remeh dan berdiri menghadap pintu keluar.

          Tiba-tiba Alyssa langsung memeluk Steve dari belakang, ia sudah menduga Steve akan pergi dari kamarnya.

          “jangan tinggalin gue kaak….”. lirih Alyssa dalam tangisannya.

          Steve merasa ada yang aneh dari Alyssa, pasalnya Alyssa baru kali ini memanggil Steve dengan sebutan kakak.

          “jujur, gue sedih denger percakapan lo dan mama waktu itu, gak ada lagi temen berantem gue, gue anggep lo musuh itu bukan berarti musuh yang sebenernya tapi musuh yang sayang sama gue. Kalau lo pergi, musuh gue siapa kaak?”

          Steve merasa punggungnya sudah basahpun bergerak dan Alyssa perlahan melepaskan pelukannya, Steve berbalik, kini posisi mereka berdua saling berhadapan, kali Alyssa dapat melihat dengan jelas lekuk wajah saudara kembarnya itu, entah dapat keberanian dari mana Alyssa membelai lembut mata, hidung, pipi, mulut dan dagu Steve dengan seksama. ‘mirip dan pas sekali’ batin Alyssa.

          “Al, gue itu kakak kembar lo, gue mirip dan memiliki aura yang sama dengan lo, jadi apa yang lo rasain gue juga ngerasainnya”. Ujar Steve sambil memegang bahu Alyssa.

          Alyssa tertunduk, ia menyesali kelakuannya. selama enam belas tahun bersama baru kali ini ia menyadari bahwa Steve adalah dirinya. Steve menarik Alyssa dalam pelukannya, sambil mengelus rambut panjang Alyssa, Steve bernyanyi pelan berharap Alyssa tidak lagi meneteskan air matanya, Steve tau Alyssa sudah seharian menangisi dirinya.

          “…persetan hari ini, aku tak ingin bangun lagi, coba untuk hindari hati disini,,”.

          Alyssa pun terlelap dalam dekapan Steve, ada rasa nyaman yang dirasakannya saat Steve memeluknya, Steve membopong Alyssa dan membaringkannya di kasur, menyelimuti adik kembarnya itu lalu duduk disebelahnya sambil mengelus alis mata Alyssa.

          “ternyata dibalik kecuekan lo itu, ada rasa perhatian juga ke guenya, semoga saat gue disana, lo tetep jadi Alyssa nya Steve yang cuek dan tomboy, nite Kiddy”. Ucap Steve lalu meninggalkan Alyssa di kamarnya.

          Alyssa belum sepenuhnya tidur, ia kembali meneteskan air matanya, menangis dalam diam.

          “kiddo..”. lirih Alyssa. Panggilan itu mengingatkan Alyssa semasa ia dan Steve kecil dulu. Saat mereka masih berusia 6tahun dan saat itu juga awal mereka menjadi rival.

*FLASHBACK*

“Do..ayo kita kesitu”. Ajak Alyssa kecil sambil menunjuk sebuah danau kecil pada Steve.

“enggak mau, nanti Dy kecebul gimana?”. Jawab Steve kecil

Dyl kan belani, jadi Do gak usah takut, yaudah kalo gak mau Dy kesana sendili aja”. Alyssa kecil berlari menuju danau itu, ia duduk ditepi danau sambil mencelupkan kaki mungilnya

Tiba-tiba…


“wah ada bunga cantik, ambil ah…”. Alyssa menjangkau bunga yang mengapung dipermukaan danau, tanpa disadari Alysa pun tercebur ke danau yang dalamnya seleher orang dewasa

“d..do.do..to..lo..ngg..dy..dy..gga..isa..lenang” teriak Alyssa kecil tersengguk-sengguk,

Ketika itu Steve memucat, ia tak tau harus melakukan apa, ia takut untuk turun kebawah, pasalnya danau itu terlalu dalam baginya.

“Dy tahan ya, Do panggil papa dulu”. Steve kecil berlari mencari bantuan.
“Do..jangan tinggalin Dy, Dy takut..tt..ool..o.ng.gg..agrbhrguegribfjhi….”. dan Alyssa kecil pun tanggelam.

*FLASHBACK END*

“Dy dimana?...”. lirih Alyssa kecil yang telah berbaring di kasurnya.

“Dy udah bangun?”. Steve kecil langsung memeluk Alyssa kecil.

“Pelgiiiii…Do jahaat sama Dy, pelggiiii!!! Mulai sekarang Do gak boleh temenan sama Dy lagi, kita musuhaan selama-lama-lama-lamanyaaaa”. Bentak Alyssa sambil melepaskan pelukan Steve dan mendorong Steve hingga jatuh.

“Dy, maafin Do, Do kan udah panggil papa tap….”

“pellgiiiiii kamu, aku gak kenal sama kamuuuu…” hardik Alyssa seraya melempar jam wekernya kearah Steve.

Sejak kejadian itu, Alyssa memusuhi Steve sampai saat ini, tapi Steve tak pernah menanggapi hal itu, ia terus mencoba mendekati Alyssa, ia juga ingin merubah persepsi Alyssa tentang dirinya.

~*~*~*~*~*~*~*~*~

          H-2 menjelang kepergian Steve ke Jerman, seisi rumah sibuk mengadakan acara tasyakuran untuk keberangkatan Steve nanti, dan segala persiapan Steve menuju kesana telah fix dan packed.

          “duuuh… passport gue mana sih?..”. di kamar, Steve kebingungan mencari passportnya.

          “nih…..”. sahut Alyssa yang tiba-tiba masuk kamar Steve lalu mnyodorkan sebuah amplop bertuliskan The Passport
         
          “lain kali kalau mau ke kamar gue jangan nanit ya”. Ucap Alyssa sembari menepuk bahu Steve dan berlalu pergi.

          Langkah Alyssa sempat terhenti, karena pergelangannya dicekal oleh Steve.

          “tunggu Al..gue mau bilang sesuatu sama lo”. Tegur Steve dengan nada datar.

          Alyssa membalikan badannya, kini posisi mereka saling berhadapan satu sama lain, entah perasaan apa yang tersirat, karena baru kali ini Steve melihat Alyssa dari dekat, begitupun Alyssa, mungkin karena faktor kembar mereka seperti itu. Keheninganpun terjadi, Alyssa yang sedari tadi menunduk, matanya mulai memanas, ia tak sanggup melihat Steve yang akan pergi meninggalkannya, ia masih belum rela,  penyesalan akan perkataannya sepuluh tahun lalu datang menghampirinya.

          “tatap gue Al..”. tegur Steve dingin sambil mempererat cengkramannya di bahu Alyssa

          Alyssa menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, ia tak punya nyali untuk menatap kakaknya ini, ia terus menunduk dan mulai memejamkan mata erat, tak kuasa menahan kepedihan, dan lagi-lagi butiran bening itu mengalir dipipi gadis tirus ini. Dengan isakan sepelan mungkin, ia berusaha agar Steve tak mendengarkan tangisan itu. Tapi nihil, bahu yang sedari tadi dicengkram oleh Steve sudah bergetar hebat.

          Steve menarik Alyssa dalam pelukannya, ia membiarkan Alyssa meluapkan semua kepedihan dan titik penghabisan Alyssa menangis sejadi-jadinya dalam dekapan Steve.
                  
          “hiks..hiks..jangan tinggalin gue kaaak, gue pengen lo disini, gue pengen lo nemenin gue sama Varo, gue gatau lagi siapa yang bakal ngelindungi gue nanti, gue gak rela harus pisah sama lo, kata mama lo kuliah disana selamanya..hiks..”. erang Alyssa.
         
          Steve tak membalas perkataan Alyssa, tapi Steve mempererat pelukannya, seakan mereka akan berpisah saat itu juga, dan spontan Steve menitikan air mata perpisahan untuk Alyssa, ia juga tak sanggup berpisah dengan saudara kembarnya ini, tapi semua telah terjadi, mau tak mau Steve harus pergi untuk melanjutkan study di Jerman selamanya.

          “gue pasti kembali Al…” balas Steve dalam isakan sembari membelai rambut Alyssa

          Perasaan tidak nyaman merasuki Alyssa, ia takut dengan ucapan terakhir Steve itu, Alyssa membalas pelukan Steve, berharap menemukan kepastian akan perkataan Steve padanya.
         
          Rabu, 30 November 2011. 19.45 WIB @Bandara

          “kamu baik-baik disana ya Steve, jaga kesehatan dan jangan lupa sholat”. “jangan lupa olahraga, makan teratur dan jarkom kamu harus diaktifin sampe disana”

          “iyaa ma, pa.. makasih buat semuanya” balas Steve sambil menyalami kedua orang tuanya.

          “jagi diri boss, kabarkan pada paman kalau kamu perlu elektronik disana”. Ucap paman sambil merangkul Steve

          “siap kapten!!”. Balas Steve sambil memberi hormat

          “kak….”. ucapan Varo terpotong karena mulutnya dibekap oleh Steve.

          “PSP ada di rak, Nintendo dan android ada di laci, bola di dalam lemari, dan satu lagi, gue titip kamar gue ke lo”. Ucap Steve, seakan telah mengetahui apa yang ada difikiran adik bungsunya itu.

          Alvaro hanya memamerkan gigi kudanya kepada semua orang yang berkumpul disana, tak terkecuali Alyssa yang sedari tadi duduk mematung sambil menundukan kepalanya di bangku paling pojok. Steve dengan langkah pelan menghampiri Alyssa.

          “lo masih mengheningkan cipta?, udahan ah, gue bukan gugur bunga kali Al”. sahut Steve sepele.

          Dengan keberanian yang setengah-stengah Alyssa menatap Steve dengan sebuah senyum miris terukir dibibirnya.

          “semoga lo gak lupain gue kak…”. Singkat, jelas tapi menusuk sanubari Steve, dengan cepat Steve mengecup kening Alyssa dan mengacak pelan rambut saudara kembarnya itu.

          “itu kenangan dari gue kiddy,…” balas Steve lalu pergi menuju lobby akhir bandara, lambaian tanganpun mengiringi kepergian Steve, dan Alyssa terus menatap punggung Steve yang perlahan menghilang dari kejauhan.
          Keesokan harinya…..

          “sendirian dirumah, biasanya ada si kiddo bikin jail, sekarang? Huff” lirih Alyssa sambil memainkan tombol pada remote TV, berharap ada channel menarik baginya pagi ini, tapi…

          “….kecelakaan ini mengakibatkan beberapa penumpang mengalami cidera parah dan selebihnya meninggal dunia, berikut nama-nama korban penumpang pesawat AZE-AIR tujuan Jerman yang meninggal dunia….”

          Alyssa memeperhatikan setiap nama didalam table di layar TV nya, berharap tidak ada nama sosok yang menjadi pelindungnya, ….ALIANDO STEVANO…, mata Alyssa membulat.

~*~*~*~*~*~*~

“kiddo..jangan tinggalin kiddy…aaaaa huff huff huff”. Nafas Alyssa terengah-engah bangun dari pingsannya, ia mendapati seisi ruangan telah dipenuhi isak tangis dan pilu. Matanya terhenti pada sebuah tulisan yang dirangkai oleh bunga-bunga melati di ujung ruangan, bertuliskan Rest In Peace ALIANDO STEVANO.

“nggaaaakkk!!!! Ngggaaaak!!! Nggaaaak mungkiinnnnnn!!! Kak Steeeeevee uaaaaarrgghhhh~” erang Alyssa dalam pelukan sang mama.

“Al, tenangkan dirimu nak, Steve sudah tenang disana nak, mama tau kamu sangat terpukul, tapi kamu harus tabah sayang” ucap sang mama yang masih menangis. Alyssa pun kembali menangis dalam diam.

‘apa yang gue takutin selama ini terjadi, ya Tuhaan :’’’’ kak kenapa lo harus pergi untuk selamya kak…’ batin Alyssa

          Alyssa berlari menuju kamar Steve, ia membuka pintu kamar itu dan langsung menghempaskan diri di ranjang Steve, dengan isak tangis yang menderu Alyssa meringkuh pilu dalam selimut biru itu. Hingga ia tertidur dalam tangisan.

          --#--#--#--

          “kak Steve, gak mungkin meninggal…kak Steve masih hidupp. Gaaakk!!!”

          “Al…Al…lo ga kenapa-napa kan? Bangun AL…”

          “gaaakk!!! Gak mungkin… gak mungkiiin..huaaah hah hah huff…” Alyssa terbangun dari mimpi buruknya.

          “minum dulu Al…PRAANKKKK!!!”. Belum sepat Steve menyodorkan segelas air mineral pada Alyssa, gelas itu pecah dan Steve mendapati Alyssa telah menangis keras sambil memeluk dirinya. Steve heran dengan tingkah Alyssa dan membalas pelukan Alyssa.
         
          ‘gue cuma mimpi..gue Cuma mimpi..gue Cuma mimpi…’ lirih Alyssa pelan masih dengan mata terpejam, berharap ini hanyalah sebuah mimpi

          “hei, kak Al..lo kenapa…? Kak Al..lo udah bangun?..kak…” Tanya Varo membenarkan posisi Alyssa yang sedari tadi memeluknya.

          “hah? Lo? Gue dimana? Steve mana?...” tanay Alyssa celingak-celinguk

          “…….”

          “jawab gue dek, gue kenapa? Dan Steve mana?...” bentak Alyssa lagi

          “lo di rumah sakit, udah 1 minggu lo ga sadar diri kak dan ka Steve… dia.. udah.. pergi buat selamanya….”

          Alyssa mematung, ia tak bergeming atas ucapan Alvaro, ia mengira semua hanyalah mimpi tapi pernyataannya salah, dan kini Alyssa harus menerimanya.

          “masih ada gue kak..gue akan jagain lo dan jadi pengganti kak Steve…”. Ucap Alvaro menenagkan Alyssa.

          Alyssa memejamkan matanya, ia mencerna perkataan Alvaro barusan.

          “gak dek..gue yang bakal jagain lo, gue gak bakal ngebiarin lo kenapa-napa..”. jawab Alyssa sambil memeluk adik bungsunya itu dengan erat.

          Jum’at, 30 November 2012 @SteveCemetery

          Alyssa Stevani P.O.V

          “udah satu tahun kak, kakak apa kabar? Semoga kakak baik-baik aja di sana ya, Alyssa kangen kakak, maafin Alyssa ya kak, Alyssa gak sempat anterin kakak ke tempat peristirahatan kakak yang terakhir, Alyssa janji akan jagain Alvaro kak, seperti kakak jagain Alyssa dulu, semoga kakak disana gak lupain Alyssa. Disini Alyssa akan selalu merindukan kakak, salam kangen Kiddy buat Kiddo”

          Stevent Alvaro P.O.V

          “kak Steve, disana ada yang mirip Varo gak? Varo juga kangen sama kak Steve, Varo disini baik-baik aja kak, ada kak Al yang jagain Varo, kak Al ternyata baik loh kak, walaupun dia masih cuek, Varo sayang kakak kembar. Salam rindu Varo buat kak Steve”

          Alvian Stevano P.O.V

          “barjanjilah..bila tiada ku disismu, tetaplah tersenyum, meski hati sedih dan menangis..kuingin kau tetap tabah mengahadapinya…salam rindu Steve untuk semua yang sayang sama Steve..




THE END



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

gimana komentarmu?