everybadeeh, gue mau nulis about something selama Ta'aruf Ikatan Keluarga Mahasiswa Minang di Ciputat :)
begene ceritanyeee ---
begene ceritanyeee ---
I
wonder how, I wonder why, I wonder where they are..
Angin malam menyapa kedatangan kami di hari
Jum’at, tepat pukul 23.00 kami sampai disebuah villa klasik didaerah Cisarua,
Bogor. Villa Rossete, itulah namanya. Disinilah kami mengadakan acara keluarga
yang dinamakan Ta’aruf IKMM Ciputat. Ditemani kak Dhila dan Rahma, aku memasuki
villa dengan perasaan abstrak, entah apa yang menghantui pikiranku malam itu,
yang jelas sesampainya di kamar aku, Rahma dan teman-teman lain langsung
merebahkan badan di ranjang, berharap ada sedikit rasa nyaman yang ku dapat
setelah mendaki perjalanan menuju villa.
Selang beberapa menit kemudian, kak Widia,
kak Ami dan kak Rifa datang membangunkan kami menuju lantai bawah untuk
menyantap hidangan yang telah disediakan, dengan langkah gontai aku berjalan
menuruni anak tangga yang lumayan ekstrim. Setiba dibawah aku terperangah
melihat cara penyajian hidangan ini, namanya makan bajamba, jadi teringat
masa-masa di PMR waktu MAN dulu, cara makannya juga seperti ini, bedanya
laki-laki dan perempuan terpisah. Tapi itu gak jadi masalah, selagi halal dan
bergizi, lambuik taruih . Berhubung
sudah pukul 00.00 dan mata sudah tidak bisa kompromi lagi, kami memutuskan
untuk istirahat sampai esok pagi.
Setiba di kamar, terdapat dua kasur king
size yang sudah ditata rapi oleh pemilik villa, karena kami hanya sepuluh
orang, Hanum sebagai kapalo arak
membagi tempat untuk tidur. Kasur pertama disebalah kamar mandi diisi oleh Aku,
Hanum, Nurul, Husni, dan Sherly. Kasur kedua didepan pintu masuk diisi oleh kak
Febra, Fira, Ica, Riva, dan Rahma. Sempit sih tapi rela bagi-bagi yang penting
tidur. Ternyata tidak mudah untuk menutup mata malam itu, karena Hanum tertawa
sejak memasuki kamar, otomatis kasurpun bergetar, sedangkan Rahma asik
menghidup matikan lampu kamar, entah apa tujuannya yang jelas aku insomnia
malam itu, ditambah lagi Sherly yang tidurnya lasak, mengakibatkan tidurku kurang enak. Bagaimana tidak, aku
tidur diantara Hanum dan Sherly. Ya sudahlah, mungkin ini euphoria mereka jadi
apa boleh buat, aku pun larut dalam canda tawa dan kesempitan malam itu hingga
kami semua terlelap dengan sendirinya.
To
find the place I love the most..
Pagi yang sejuk dihari Sabtu, ditemani rintikan
embun di dahan bambu membuat suasana
hati menjadi bersemangat untuk menjalani kegiatan selanjutnya, kami disuruh
untuk senam pagi dilapangan dekat kolam renang, dipandu oleh Uda Gusti dan Uda
Mail, kocak dan gaje, itulah yang dirasakan saat itu.
Setelah itu kami diajak
untuk mendaki, berniat melihat kebun teh, diperjalanan aku, kak Wid, kak Andam,
kak Zila, dan kak Nanda jalan berbarengan dibelakang peserta yang lain. Sambil
melihat-lihat villa antic, klasik dan mewah disekitanya, ‘waw’ satu kata yang
terucap dari mulutku ketika melihat sebuah villa jadul saperti di film-film.
Arsitekturnya gothic dan sepertinya berbau misteri.
Setelah melakukan perjalanan, ternyata rombongan
didepan kami berbalik arah untuk kembali pulang, karena jalan menuju kebun
buntu, apa boleh buat, semua kembali dengan perasaan kecewa dicampur lelah.
Saat akan melanjutkan perjalanan pulang, kami bertemu dengan rombongan
Universitas lain, salah satu anggotanya menyapa bang Ridwan dan ternyata mereka
juga dari Sumatera Barat, obrolan santai menemani kami hingga sampailah kami di
villa Rossete dengan tampang lesu, lelah, senang, apes dan gaje.
Sementara itu, di dapur, kak Rifa dan kak Dilla
menyiapkan sarapan untuk kami, bunyi panci, periuk dan spatula beradu begitu
nyaring terdengar, semangat pagi bundo
kanduang ini membuat Uda Roni, Uda Wendi dan Uda Wahyu yang sedang menyetel
lagu senam jadi tertawa terbahak-bahak. Dengan aba-aba dari bang Capaix,
speaker pun memainkan lagu senam Dj on the Mix, aneh bin langang memang, tapi
tetap berlanjut.
Usai senam, Uda Arif berkata “bagi peserta
ta’aruf, silahkan istirahat, bersih-bersih untuk sarapan dan dilanjutkan dengan
materi Kemanusiaan”. Semua peserta langsung ngacir kedalam tanpa basa basi. Aku
masuk belakangan, dengan langkah kecil aku menaiki anak tangga menuju lantai
atas, celingak celinguk melihat keadaan sekitar, berharap menemukan Rahma untuk
masuk kedalam bersama-sama tapi nihil. Dan saat di kursi depan pintu dapur,
bang Ridwan menyapaku dengan ongasnya, dia memanggilku ‘uni’, hei lebih tua
siapa? Tuntutku tak kalah nyolot. Tapi emosiku langsung teredam karena
seseorang yang duduk disebelah Bang Ridwan, dia terkekeh geli melihat
ekspresiku ku dengan bang Ridwan, lalu senyum ke arahku. ‘weeh, Mahar Laskar
Pelangi The Series’ batinku kagum dan ah, aku membalas senyumnya dengan tampang
polos, lalu masuk kedalam dengan perasaan yang kembali abstrak.
Sejak kejadian itu, aku jadi semangat
untuk menerima materi-materi yang diberikan panitia, karena disaat materi dia
selalu ada, duduk disebelah kelompoknya. Materi kemanusiaan yang diakhiri
dengan perdebatan antara Nurul dan Uda Irsyad si Pemateri. Bayangkan saja
materi kemanusiaan sampai pada materi ketuhanan, koplak kan? ‘’gilo wak dek nyo
lai ko mah” sahut Ihsan dengan pedenya. Seluruh peserta dan mentorpun tertawa
karenanya, termasuk Uda Arif sang moderator yang sejak tadi kepanasan disebelah
pemateri. Setelah itu dilanjutkan dengan materi keorganisasian oleh da Arman,
nasionalisme dan universalisme oleh Da Al.
Kegiatan Sabtu ini sangat melelahkan tapi
membuat ku tetap semangat dan semangat karena ehem. Tibalah malam harinya saat
penampilan bakat setiap kelompok, aku disuruh memainkan peran yang ah membuat
ku bergidik sendiri, peran yang belum pernah ku mainkan disetiap drama yang ku
lakoni. Tapi bersyukur semuanya lancer dan bagus itu karena support dari kak
Nanda dan Bang Rozi, mentor kelompok 5 yang paling yahuud. Jujur saja selama
acara berlangsung mata ini tak hentinya melirik sosok Mahar itu, entah mengapa
setiap melihatnya ada perasaan kagum dan speechless. Ditambah lagi
dengan gayanya yang stay selow, ah persis Mahar Laskar Pelangi The Series itu,
dan akhirnya seuntai senyuman pun
dihadiahkannya untukku ketika tak sengaja dia juga mengetahui bahwa aku
memperhatikannya. ‘aduh mak, malu abis njiirr-___-“ batinku tak karuan.
Penampilan bakat setiap kelompok sangat
menarik dan menghebohkan, ada drama, opera, puisi, nyanyi dan teater. Pokoknya
malam itu sangat berkesan, apalagi ditambah dengan surprise party untuk mentor
kami kak Nanda yang genap berusia 20 tahun, Selamat Ulang Tahun kakakku! ditemani lilin dan kue seadanya
sudah cukup membuat suasana malam itu sangat bahagia. Acara penampilan bakat
usai pukul 23.00, lalu dilanjutkan dengan acara ‘balelang’. Semua peserta
berpartisipasi dalam acara tersebut ditambah lagi dengan alumni ikmm yang ikut
memeriahkan acara itu, berlangsung hingga pukul 2.00 pagi. Tak ada basa-basi
lagi, usai lelang aku langsung berlari menuju kamar matikan lampu, tukar baju,
pasang selimut dan tidur senyenyak-nyenyaknya.
Where the skies are blue to see you once again, My
Love..
Pagi hari yang sejuk di Minggu ceria,
seperti biasa kami mengadakan acara senam dan dibarengi dengan main bola voli
ditepi kolam, seru dan menyenangkan sekali. Lagi-lagi mata ini tak henti
menatap tingkah kocak si Mahar itu. Apa-apaan aku ini, tujuan kesini untuk
taaruf bukan melirik orang. Hari ini memang hari terakhir di Cisarua, hari
terakhir di Villa Rossete bersama IKMM.
Tak terasa kegiatan sudah usai semuanya,
kami menunggu mobil untuk pulang ke Ciputat diruang tengah, sambil mendengar
kan lantunan lagu dan petikan gitar yang mengiringinya, malam itu sangat dingin
sekali, aku memutuskan untuk baranjak ke kamar untuk sekedar menyiapkan tas
yang akan dibawa pulang, lalu duduk di bibir kasur sambil bertanya-tanya nomor
ponsel kak Nurul, kak Mia, kak Andam , kak Zila, kak Ipit dan teman-teman
peserta. Setelah itu aku keluar kamar, dan ternyata dipojok pintu ada Bang
Khalil (alumni MAN 2 Padang, IPS) sekalian saja aku meminta nomor ponselnya, lanjut saat ingin
berbalik bang Ridwan nongol juga, basa
basi dulu untuk meminta nomer nya dan akhirnya dapat juga, dikasi bonus foto
bareng dia, dasar setres. Pas mau turun tangga, di anak tangga terakhir si
Mahar duduk dengan santainya, dari pada penasaran aku langsung bertanya siapa
nama aslinya pada bang Ridwan, dengan tampang tak berdosa bang Ridwan malah
bilang gini “oh yang itu? Bang!! Ica ketek ko suko jo abang aa” .si Mahar
senyum pepsodent dengan polosnya padaku. “bang Ridwan PALAAAAK malu deeen”
ucapku dalam hati dengan mata membulat, antara kaget dan salting, aku langsung
naik lagi keatas dengan tampang tak bisa diungkapkan.
Akhirnya mobil jemputan pun sampai, kami
bergegas mengemasi barang-barang dan langsung meninggalkan villa walaupun ikat
pinggang, tali sepatu dan perlengkapan mandiku menjadi kenang-kenangan disana.
Villa
Rossete itu…
Tempat
berbagi kisah, kasih, senang, tawa, puas, dan cinta, semua jadi satu. Goodbye
villa Rossete, goodbye Cisarua, goodbye unforgetable moment J
-Icaa-





Tidak ada komentar:
Posting Komentar
gimana komentarmu?